Suami yang Gadaikan Istri Rp 250 Juta Salah Bunuh Orang, Begini Ceritanya
Lumajang - Pembunuhan salah sasaran yang dilakukan Hori, suami yang menggadaikan istrinya Rp 250 juta terbilang cukup kejam. Pembunuhan ini dilatarbelakangi rasa cemburu Hori terhadap Hartono, pria yang memberinya pinjaman Rp 250 juta.
Diketahui, korban yang bernama Hola (sebelumnya ditulis Muhammad Toha) merupakan kerabat Hori sendiri. Saat itu, sekitar habis maghrib, Hola beserta istri dan anaknya yang berusia 17 bulan sedang ke rumah kepala desa.
Sepulang dari sana, sepatu kanan anak Hola hilang di jalan. Hola pun akhirnya kembali menyusuri jalanan untuk mencari sepatu anaknya. Karena jam sudah menunjukkan pukul 20.00 WIB, Hola mengajak kakaknya yang bernama Holi.
"Sekitar jam 8 malam mereka pulanglah ke rumahnya dan sampai di rumah sepatu anaknya itu hilang sebelah kanan sehingga dia balik kembali mencari di jalan. Karena malam dia takut dia mengajak kakaknya yang namanya Holi," ungkap Kapolres Lumajang AKBP Muhammad Arsal Sahban usai rekonstruksi di Lumajang, Minggu (16/6/2019).
Namun nahas, dalam perjalanan, keduanya bertemu dengan Hori. Hori yang sedang terbakar api cemburu sedang berjalan menuju rumah Hartono untuk membunuhnya. Hori juga membawa celurit dan senter.
Karena disebut mirip Hartono, Hori pun langsung menyabetkan celuritnya ke punggung Hola.
"Akhirnya keluarlah mereka, di perjalanan bertemu si Hori pelaku, karena sambil mencari sepatu mereka jalannya pelan-pelan dan dia melihat Hori ya lewat saja papasan. Tapi Hori saat melihat orang naik motor dia senter dari samping dia melihat ini Hartono karena dia kan niatnya membunuh Hartono dia langsung mengeluarkan celuritnya dipukulkan ke punggungnya," papar Arsal.
Lalu, Hori pun terlambat menyadari jika ternyata lelaki yang telah ditebasnya dengan celurit adalah Hola. Dia pun sempat minta maaf pada Hola dan kakaknya lantaran salah sasaran. Namun, nasi sudah menjadi bubur, kondisi Hola pun kritis.
"Terus dia kaget kok Hola bukan Hartono, akhirnya dia minta maaf karena dia salah sasaran orang. Langsung dia gendong si Hola dia pegang dan dia mau naikkan kembali ke motor untuk diantar ke rumah sakit," imbuh Arsal.
Setelah itu Hori pun kabur. Sementara kondisi Hola juga bertambah parah. Hola pun mendapat pertolongan dari warga desa. Namun karena perjalanan ke rumah sakit yang cukup jauh, Hola menghembuskan nafas di perjalanan.
"Sempat dikasih minum telur ayam kemudian nafas masih ada, pakai mobil dibawa oleh Kepala Desa ke rumah sakit tapi rumah sakitnya jauh perjalanannya sekitar 2 jam karena ke kota. TKP itu tempatnya jauh di atas gunung sudah masuk bukit di atas awan masuk wilayah Tengger," lanjutnya.
"Tapi dalam perjalanan dia menghembuskan nafas yang terakhir karena dari hasil visum dokter ada gagal nafas karena mungkin paru-parunya kena oleh celurit itu," pungkas Arsal.
Sebelumnya, kasus ini sempat mencuat lantaran Hori meminjam uang kepada Hartono sebesar Rp 250 juta. Sebagai jaminan, Hori menyerahkan istrinya, Lasmi kepada Hartono. Lasmi akan dikembalikan ke Hori bila ia telah melunasi utangnya. Selama Hori belum melunasi utangnya, maka istrinya akan tetap bersama Hartono.
Satu tahun berlalu, Hori ingin menebus utangnya kepada Hartono. Tapi Hori tak mempunyai uang. Hori bermaksud menebus utangnya dengan sebidang tanah agar istrinya bisa diambil. Namun niat Hori tak diterima Hartono. Hartono tak ingin uangnya ditebus dengan sebidang tanah, harus ditebus dengan uang. Penolakan itu membuat Hori kecewa.
Karena kecewa, Hori akhirnya merencanakan pembunuhan. Niat Hori membunuh ternyata berakhir salah sasaran. Hori melihat seseorang mirip Hartono dan dibacoklah orang itu dari belakang. Hori kemudian sadar bahwa orang yang dibacoknya bukanlah Hartono, tetapi pria yang akhirnya diketahui bernama Hola. Hola tewas dalam perjalanannya ke rumah sakit
Diketahui, korban yang bernama Hola (sebelumnya ditulis Muhammad Toha) merupakan kerabat Hori sendiri. Saat itu, sekitar habis maghrib, Hola beserta istri dan anaknya yang berusia 17 bulan sedang ke rumah kepala desa.
Sepulang dari sana, sepatu kanan anak Hola hilang di jalan. Hola pun akhirnya kembali menyusuri jalanan untuk mencari sepatu anaknya. Karena jam sudah menunjukkan pukul 20.00 WIB, Hola mengajak kakaknya yang bernama Holi.
"Sekitar jam 8 malam mereka pulanglah ke rumahnya dan sampai di rumah sepatu anaknya itu hilang sebelah kanan sehingga dia balik kembali mencari di jalan. Karena malam dia takut dia mengajak kakaknya yang namanya Holi," ungkap Kapolres Lumajang AKBP Muhammad Arsal Sahban usai rekonstruksi di Lumajang, Minggu (16/6/2019).
Namun nahas, dalam perjalanan, keduanya bertemu dengan Hori. Hori yang sedang terbakar api cemburu sedang berjalan menuju rumah Hartono untuk membunuhnya. Hori juga membawa celurit dan senter.
Karena disebut mirip Hartono, Hori pun langsung menyabetkan celuritnya ke punggung Hola.
"Akhirnya keluarlah mereka, di perjalanan bertemu si Hori pelaku, karena sambil mencari sepatu mereka jalannya pelan-pelan dan dia melihat Hori ya lewat saja papasan. Tapi Hori saat melihat orang naik motor dia senter dari samping dia melihat ini Hartono karena dia kan niatnya membunuh Hartono dia langsung mengeluarkan celuritnya dipukulkan ke punggungnya," papar Arsal.
Lalu, Hori pun terlambat menyadari jika ternyata lelaki yang telah ditebasnya dengan celurit adalah Hola. Dia pun sempat minta maaf pada Hola dan kakaknya lantaran salah sasaran. Namun, nasi sudah menjadi bubur, kondisi Hola pun kritis.
"Terus dia kaget kok Hola bukan Hartono, akhirnya dia minta maaf karena dia salah sasaran orang. Langsung dia gendong si Hola dia pegang dan dia mau naikkan kembali ke motor untuk diantar ke rumah sakit," imbuh Arsal.
Setelah itu Hori pun kabur. Sementara kondisi Hola juga bertambah parah. Hola pun mendapat pertolongan dari warga desa. Namun karena perjalanan ke rumah sakit yang cukup jauh, Hola menghembuskan nafas di perjalanan.
"Sempat dikasih minum telur ayam kemudian nafas masih ada, pakai mobil dibawa oleh Kepala Desa ke rumah sakit tapi rumah sakitnya jauh perjalanannya sekitar 2 jam karena ke kota. TKP itu tempatnya jauh di atas gunung sudah masuk bukit di atas awan masuk wilayah Tengger," lanjutnya.
"Tapi dalam perjalanan dia menghembuskan nafas yang terakhir karena dari hasil visum dokter ada gagal nafas karena mungkin paru-parunya kena oleh celurit itu," pungkas Arsal.
Sebelumnya, kasus ini sempat mencuat lantaran Hori meminjam uang kepada Hartono sebesar Rp 250 juta. Sebagai jaminan, Hori menyerahkan istrinya, Lasmi kepada Hartono. Lasmi akan dikembalikan ke Hori bila ia telah melunasi utangnya. Selama Hori belum melunasi utangnya, maka istrinya akan tetap bersama Hartono.
Satu tahun berlalu, Hori ingin menebus utangnya kepada Hartono. Tapi Hori tak mempunyai uang. Hori bermaksud menebus utangnya dengan sebidang tanah agar istrinya bisa diambil. Namun niat Hori tak diterima Hartono. Hartono tak ingin uangnya ditebus dengan sebidang tanah, harus ditebus dengan uang. Penolakan itu membuat Hori kecewa.
Karena kecewa, Hori akhirnya merencanakan pembunuhan. Niat Hori membunuh ternyata berakhir salah sasaran. Hori melihat seseorang mirip Hartono dan dibacoklah orang itu dari belakang. Hori kemudian sadar bahwa orang yang dibacoknya bukanlah Hartono, tetapi pria yang akhirnya diketahui bernama Hola. Hola tewas dalam perjalanannya ke rumah sakit