Mbah Salami, Memilih Jualan Baju Bekas Meski Jarang Laku dari pada Mengemis
SOLO –Seorang nenek bernama Sri Salami (78) mengais rezeki dengan berjualan baju bekas di usianya yang sudah senja. Warga Waringinrejo, Desa Cemani, Grogol, Sukoharjo ini mengaku memilih berjualan daripada mengemis.
“Saya tidak mau minta-minta, tidak bakat mengemis. Sak tekane wae (semampunya saja),” kata Mbah Salami di tempat jualannya, Jalan Veteran, Gajahan, Solo, Selasa (28/1/2020).
Salami bercerita, dia sudah sekitar 52 tahun berjualan baju bekas di Jalan Veteran. Bahkan sebelumnya, dia sudah mulai membantu ibunya berjualan baju bekas di tempat lain.
“Dulu waktu SMP, pulang sekolah membantu ibu saya, jualan baju bekas juga. Lalu saya buka sendiri di sini. Dulu ada enam orang yang sama-sama jualan baju bekas, sudah meninggal semua, tinggal saya,” ujar dia.
Setiap hari, Salami berjalan kaki sejauh 3 km dari rumah menuju tempat jualannya. Tak jarang dia kehujanan sewaktu pulang. Namun hal itu tetap dia lakukan dengan ikhlas.
“Tiga-empat hari kadang tidak laku sama sekali. Kalau laku paling sehari Rp 20 ribu, ya pasrah saja. Dulu masih ramai, ada bakul-bakul dari luar kota yang ambil barang saya, kalau sekarang paling tukang becak yang beli,” ungkapnya.
Dia mengaku pernah mencoba beberapa kali ganti pekerjaan, salah satunya menjadi buruh batik. Namun pekerjaannya tak bertahan lama, dan kembali lagi berjualan baju bekas.
Setiap hari dia makan satu sampai dua kali. Terkadang keponakannya membelikan nasi untuknya. Tapi biasanya dia membeli nasi sayur yang murah.
Salami hidup sebatang kara. Suaminya telah lama meninggal dan dia memang tidak memiliki anak. Dia tinggal di rumah adiknya yang kini sudah beranak cucu.
BACA JUGA: Hidup Sebatang Kara, Nenek Ini Berpenghasilan Rp 1 Ribu/Hari
“Kadang dibelikan keponakan, tapi saya tidak mau njagake (bergantung). Makan ya seadanya, kadang sekali, dua kali, alhamdulillah masih sehat,” kata dia.
Bahkan dia sering kali masih bisa menyisihkan uang untuk membelikan oleh-oleh untuk cucu adiknya. Sepulang bekerja, dia mampir ke pasar membelikan makanan ringan untuk mereka.
“Soalnya cucu-cucu adik saya sering mendatangi saya, minta oleh-oleh. Saya sering belikan, cari yang harga Rp 500,” tutupnya.
SUMBER: DETIK
“Saya tidak mau minta-minta, tidak bakat mengemis. Sak tekane wae (semampunya saja),” kata Mbah Salami di tempat jualannya, Jalan Veteran, Gajahan, Solo, Selasa (28/1/2020).
Salami bercerita, dia sudah sekitar 52 tahun berjualan baju bekas di Jalan Veteran. Bahkan sebelumnya, dia sudah mulai membantu ibunya berjualan baju bekas di tempat lain.
“Dulu waktu SMP, pulang sekolah membantu ibu saya, jualan baju bekas juga. Lalu saya buka sendiri di sini. Dulu ada enam orang yang sama-sama jualan baju bekas, sudah meninggal semua, tinggal saya,” ujar dia.
Setiap hari, Salami berjalan kaki sejauh 3 km dari rumah menuju tempat jualannya. Tak jarang dia kehujanan sewaktu pulang. Namun hal itu tetap dia lakukan dengan ikhlas.
“Tiga-empat hari kadang tidak laku sama sekali. Kalau laku paling sehari Rp 20 ribu, ya pasrah saja. Dulu masih ramai, ada bakul-bakul dari luar kota yang ambil barang saya, kalau sekarang paling tukang becak yang beli,” ungkapnya.
Dia mengaku pernah mencoba beberapa kali ganti pekerjaan, salah satunya menjadi buruh batik. Namun pekerjaannya tak bertahan lama, dan kembali lagi berjualan baju bekas.
Setiap hari dia makan satu sampai dua kali. Terkadang keponakannya membelikan nasi untuknya. Tapi biasanya dia membeli nasi sayur yang murah.
Salami hidup sebatang kara. Suaminya telah lama meninggal dan dia memang tidak memiliki anak. Dia tinggal di rumah adiknya yang kini sudah beranak cucu.
BACA JUGA: Hidup Sebatang Kara, Nenek Ini Berpenghasilan Rp 1 Ribu/Hari
“Kadang dibelikan keponakan, tapi saya tidak mau njagake (bergantung). Makan ya seadanya, kadang sekali, dua kali, alhamdulillah masih sehat,” kata dia.
Bahkan dia sering kali masih bisa menyisihkan uang untuk membelikan oleh-oleh untuk cucu adiknya. Sepulang bekerja, dia mampir ke pasar membelikan makanan ringan untuk mereka.
“Soalnya cucu-cucu adik saya sering mendatangi saya, minta oleh-oleh. Saya sering belikan, cari yang harga Rp 500,” tutupnya.
SUMBER: DETIK