Cerita Siswi SMPN 1 Turi, Tolong Teman hingga Terhempas Arus Sungai
Sleman - Salah satu korban selamat dari peristiwa susur sungai SMPN 1 Turi, Tita Vhasya Pradita (13) mengaku sempat menyelamatkan tiga temannya saat terbawa arus di Sungai Sempor, Sleman. Tita selamat setelah tersangkut pada bebatuan di sungai tersebut.
Selain itu, Tita menceritakan bahwa ada seorang warga yang menyarankan kepada pembina pramuka agar menghentikan kegiatan susur sungai pada Jumat (21/2) kemarin karena cuaca tidak mendukung. Namun, kata Tita, pembina tersebut tak mengindahkan saran warga.
Saat ditemui di Puskesmas Turi, Tita menjelaskan kegiatan susur sungai tersebut merupakan kegiatan rutin sebelum melaksanakan kemah. Menurutnya, kegiatan susur sungai itu terbagi dalam beberapa regu, dimana setiap regu terdiri dari 7-8 orang.
"Pertamanya itu kan dari garis start belum banjir, tapi semakin lama airnya semakin naik-naik," katanya, Sabtu (22/2/2020).
"Tepatnya pas sampai tengah-tengah itu mulai banjirnya, pas jalan satu jam-an lebih," sambung Tita.
Selanjutnya, ketika memasuki garis finish, arus Sungai Sempor bertambah deras, begitu pula dengan ketinggian air sungai. Saat itu seorang temannya mengaku tidak kuat lagi melakukan susur sungai.
"Saya tuh hanya berdua sama teman saya namanya Via, Via itu bilang 'ta aku sudah tidak kuat e' dan (Via) tak suruh pegangan di pundak sini," katanya.
"Terus habis itu ada adik kelas bilang 'mbak-mbak kae mbak tulungi, mesakke wis keli seko dhuwur' (mbak itu ditolong, kasihan sudah hanyut dari atas), ya sudah saya tolong. Terus adik kelasnya ada dua, jadi yang tangan kanan itu pegang yang cewek dan yang kiri megangin yang cowok dan Via tak taruh di sini (pundak)," imbuh Tita.
Setelah menyelamatkan tiga temannya tersebut, tiba-tiba Tita terhempas oleh arus Sungai Sempor yang semakin deras. Bahkan, ia mengaku sempat terpisah dari ketiga temannya.
"Terus kan itu kan tenggelam, jadi bertiga itu, sama saya berempat itu tenggelam semua, terus aku kesangkut di batu, tapi yang tak tolong itu tidak tahu sudah hanyut. Saya hanyut sekitar 10 meter," katanya.
Karena tersangkut bebatuan, Tita lantas menangis sembari teriak meminta tolong. Sedangkan tiga temannya yang ia selamatkan tadi hanyut terbawa arus Sungai Sempor.
"Terus saya nangis minta tolong, terus ada warga yang nolongin pakai tali itu. Kalau tiga orang yang saya tolong tadi hanyut, tapi akhirnya mereka selamat semua," katanya.
Tita mengaku tidak ada pembina di lokasi di mana ia hanyut terbawa arus Sungai Sempor.
"Pas itu tidak ada (pembina Pramuka)," ujarnya.
Menurutnya, ketika hendak melakukan susur sungai, dia sempat mendengar ada salah seorang warga yang menyarankan pembina Pramuka untuk menghentikan kegiatan tersebut. Hal itu karena di sisi utara sungai telah banjir.
"Kakak pembina bilang hanya suruh hati-hati, tapi sama warga sudah diperingatkan 'mending tidak usah susur sungai aja karena di utara sudah banjir'. Tapi dijawab kakak pembinanya 'ya gapapa kalau mati juga di tangan Tuhan'," ucapnya sembari menirukan percakapan antara warga dan pembina pramuka.
Sementara itu, ibu Tita, Nina Rosiyana mengaku sangat menyayangkan kejadian yang menimpa anaknya. Kendati demikian, ia merasa sangat bersyukur putrinya dapat selamat dari kejadian tersebut.
"Kalau saya itu menyayangkan ada kejadian ini, harusnya kan bisa diminimalisir ya terjadinya insiden kaya gini. Tapi ya kalau saya pribadi ya, umpannya yang meninggal kalau kita mau nuntut tidak akan kembali lagi toh," katanya.
"Yang jelas saya udah bersyukur saja anak saya sudah selamat, sangat bersyukur, ngoten mawon (gitu saja)," imbuh Nina.
Selain itu, Nina mendengar dalam kegiatan susur sungai tersebut hanya melibatkan sekitar 10 orang pembina pramuka. Dan tidak semua pembina tersebut turun untuk ikut menyusuri Sungai Sempor.
"SOP-nya sangat kurang sekali, harusnya pembina kan turun ya, tapi kenyataannya dia malah di atas kan, padahal murid segitu banyaknya kok pembina tidak sampai 10 orang dan tidak turun semua," katanya.
"Terus bisanya kalau hujan itu kegiatannya ditiadakan, tapi ini kok dilanjut. Jadi seharusnya bertanggung jawab, meski pembinanya (menyebut seorang nama) itu baik sekali, tapi kalau ketutup sama yang satu ini ya kasihan," sambung Nina.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Turi, Pinky Christina Dewi mengaku saat ini Puskesmas Turi hanya merawat satu korban saja. Sedangkan korban lainnya, kata Pinky sudah pulang ke rumahnya masing-masing.
"Yang masuk sini ada 37 (korban) dan hanya satu korban rawat jalan. Dia (Tita) tidak luka tapi dia pusing. Sebenarnya sudah diperbolehkan pulang tapi masih harus menjalani observasi lagi," katanya.
Selain itu, Tita menceritakan bahwa ada seorang warga yang menyarankan kepada pembina pramuka agar menghentikan kegiatan susur sungai pada Jumat (21/2) kemarin karena cuaca tidak mendukung. Namun, kata Tita, pembina tersebut tak mengindahkan saran warga.
Saat ditemui di Puskesmas Turi, Tita menjelaskan kegiatan susur sungai tersebut merupakan kegiatan rutin sebelum melaksanakan kemah. Menurutnya, kegiatan susur sungai itu terbagi dalam beberapa regu, dimana setiap regu terdiri dari 7-8 orang.
"Pertamanya itu kan dari garis start belum banjir, tapi semakin lama airnya semakin naik-naik," katanya, Sabtu (22/2/2020).
"Tepatnya pas sampai tengah-tengah itu mulai banjirnya, pas jalan satu jam-an lebih," sambung Tita.
Selanjutnya, ketika memasuki garis finish, arus Sungai Sempor bertambah deras, begitu pula dengan ketinggian air sungai. Saat itu seorang temannya mengaku tidak kuat lagi melakukan susur sungai.
"Saya tuh hanya berdua sama teman saya namanya Via, Via itu bilang 'ta aku sudah tidak kuat e' dan (Via) tak suruh pegangan di pundak sini," katanya.
"Terus habis itu ada adik kelas bilang 'mbak-mbak kae mbak tulungi, mesakke wis keli seko dhuwur' (mbak itu ditolong, kasihan sudah hanyut dari atas), ya sudah saya tolong. Terus adik kelasnya ada dua, jadi yang tangan kanan itu pegang yang cewek dan yang kiri megangin yang cowok dan Via tak taruh di sini (pundak)," imbuh Tita.
Setelah menyelamatkan tiga temannya tersebut, tiba-tiba Tita terhempas oleh arus Sungai Sempor yang semakin deras. Bahkan, ia mengaku sempat terpisah dari ketiga temannya.
"Terus kan itu kan tenggelam, jadi bertiga itu, sama saya berempat itu tenggelam semua, terus aku kesangkut di batu, tapi yang tak tolong itu tidak tahu sudah hanyut. Saya hanyut sekitar 10 meter," katanya.
Karena tersangkut bebatuan, Tita lantas menangis sembari teriak meminta tolong. Sedangkan tiga temannya yang ia selamatkan tadi hanyut terbawa arus Sungai Sempor.
"Terus saya nangis minta tolong, terus ada warga yang nolongin pakai tali itu. Kalau tiga orang yang saya tolong tadi hanyut, tapi akhirnya mereka selamat semua," katanya.
Tita mengaku tidak ada pembina di lokasi di mana ia hanyut terbawa arus Sungai Sempor.
"Pas itu tidak ada (pembina Pramuka)," ujarnya.
Menurutnya, ketika hendak melakukan susur sungai, dia sempat mendengar ada salah seorang warga yang menyarankan pembina Pramuka untuk menghentikan kegiatan tersebut. Hal itu karena di sisi utara sungai telah banjir.
"Kakak pembina bilang hanya suruh hati-hati, tapi sama warga sudah diperingatkan 'mending tidak usah susur sungai aja karena di utara sudah banjir'. Tapi dijawab kakak pembinanya 'ya gapapa kalau mati juga di tangan Tuhan'," ucapnya sembari menirukan percakapan antara warga dan pembina pramuka.
Sementara itu, ibu Tita, Nina Rosiyana mengaku sangat menyayangkan kejadian yang menimpa anaknya. Kendati demikian, ia merasa sangat bersyukur putrinya dapat selamat dari kejadian tersebut.
"Kalau saya itu menyayangkan ada kejadian ini, harusnya kan bisa diminimalisir ya terjadinya insiden kaya gini. Tapi ya kalau saya pribadi ya, umpannya yang meninggal kalau kita mau nuntut tidak akan kembali lagi toh," katanya.
"Yang jelas saya udah bersyukur saja anak saya sudah selamat, sangat bersyukur, ngoten mawon (gitu saja)," imbuh Nina.
Selain itu, Nina mendengar dalam kegiatan susur sungai tersebut hanya melibatkan sekitar 10 orang pembina pramuka. Dan tidak semua pembina tersebut turun untuk ikut menyusuri Sungai Sempor.
"SOP-nya sangat kurang sekali, harusnya pembina kan turun ya, tapi kenyataannya dia malah di atas kan, padahal murid segitu banyaknya kok pembina tidak sampai 10 orang dan tidak turun semua," katanya.
"Terus bisanya kalau hujan itu kegiatannya ditiadakan, tapi ini kok dilanjut. Jadi seharusnya bertanggung jawab, meski pembinanya (menyebut seorang nama) itu baik sekali, tapi kalau ketutup sama yang satu ini ya kasihan," sambung Nina.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Turi, Pinky Christina Dewi mengaku saat ini Puskesmas Turi hanya merawat satu korban saja. Sedangkan korban lainnya, kata Pinky sudah pulang ke rumahnya masing-masing.
"Yang masuk sini ada 37 (korban) dan hanya satu korban rawat jalan. Dia (Tita) tidak luka tapi dia pusing. Sebenarnya sudah diperbolehkan pulang tapi masih harus menjalani observasi lagi," katanya.