Bikin Geger, Buku Terbitan Tahun 1981 Diklaim Sudah Prediksi Virus Corona
Suara.com - Sebuah buku yang diterbitkan pada 1981 menggegerkan publik, karena dinilai sudah meramalkan adanya wabah virus corona yang bersumber di China.
Pasalnya, dalam buku tersebut, tertera tertulisan nama virus yang hampir sama dengan virus corona.
Dialihbahasakan dari South China Morning Post, Senin (17/2/2020), buku tersebut berjudul The Eyes of Darkness yang dikarang oleh seorang penulis asal Amerika Dean Koontz.
Buku tersebut mengisahkan tentang laboratorium China yang menciptakan sebuah virus sebagai senjata biologis.
Virus tersebut diberi nama Wuhan-400 merujuk kota Wuhan, China, sebagai episentrum penyebaran Covid-19, nama resmi virus corona.
Dalam buku tersebut, Dean Koontz menceritakan seorang ibu bernama Christina Evans sedang melakukan perjalanan untuk mencari tahu kondisi putranya, Danny. Danny sedang mengikuti acara berkemah namun tidak ada kabar.
Christina berhasil melacak keberadaan sang anak di fasilitas militer. Danny ditahan secara tak sengaja lantaran terinfeksi mikroorganisme buatan manusia yang diproduksi di pusat penelitian Wuhan.
"Saya tidak tertarik dengan filosofi atau perang biologis. Saat ini aku hanya ingin mengetahui bagaimana bisa Danny berada di sini," kata Christina kepada seorang pria bernama Dombey di laboratorium.
"Untuk memahaminya, kamu harus kembali 20 bulan lagi. Pada saat itu, seorang ilmuwan China bernama Li Chen membelot ke AS, membawa rekaman mengenai senjata biologis paling penting dan berbahaya dari Tiongkok ppada dekade terakhir. Meeka menyebutnya Wuhan-400 karena dikembangkan di Laboratorium RDNA di luar kota Wuhan dan terdiri dari 400 strain mikroorganisme buatan manusia yang dibuat di pusat penelitian," ungkap Dombey.
Pusat penelitian yang disebutkan dalam buku tersebut merujuk pada Institut Virologi WUhan, satu-satunya laboratorium keamanan hayati level empat milik China.
Laboratorium tersebut merupakan laboratorium tertinggi yang mempelajari virus mematikan dan berlokasi 32 kilometer dari tempat virus corona pertama kali ditemukan.
Lebih lajut, buku tersebut juga mengungkapkan virus tersebut sebagai 'senjata sempurna' karena tidak dapat bertahan diluar seorang penderita selama lebih dari satu menit.
"Wuhan-400 adalah senjata sempurna. Hanya bisa menginfeksi manusia, tidak ada makhluk hidup lain yang bisa membawanya. Seperti sifilis, Wuhan-400 tidak dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia hidup lebih dari satu menit. Artinya tidak dapat mencemari objek secara permanen atau seluruh tempat seperti antraks dan mikroorganisme lainnya."
"Setelah manusia yang terinfeksi telah meninggal, Wuhan-400 akan hilang dengan sendirinya setelah suhu jasad terinfeksi itu berada di bawah 86 derajat Fahrenheit. Apakah anda melihat keuntungan dari semua ini?"
Dean Koontz bukanlah satu-satunya penulis yang memprediksi virus corona. Menurut laporan The Sun Daily, penulis AS bernama Sylvia Browne telah mempredikti virus mematikan tersebut.
Ia menerbitkan sebuah buku berjudul End of Days: Predictions and prophecies About the End of the World. Buku tersebut diilis pada 2008.
Buku tersebut menceritakan tentang penyakit pernapasan yang menyebar ke seluruh dunia dan diprediksi terjadi pada 2020.
"Pada sekitar 2020, penyakit seperti pneumonia akan menyebar ke seluruh dunia, menyerang paru-paru dan saluran bronkial dan sulit disembuhkan dengan semua jenis perawatan yang ada. Lebih membingungkan lagi penyakit tersebut akan hilang secara tiba-tiba dan akan kembali menyerang sepuluh tahun kemudian, setelah itu menghilang sepenuhnya."
https://www.suara.com/news/2020/02/17/140946/bikin-geger-buku-terbitan-tahun-1981-diklaim-sudah-prediksi-virus-corona
Pasalnya, dalam buku tersebut, tertera tertulisan nama virus yang hampir sama dengan virus corona.
Dialihbahasakan dari South China Morning Post, Senin (17/2/2020), buku tersebut berjudul The Eyes of Darkness yang dikarang oleh seorang penulis asal Amerika Dean Koontz.
Buku tersebut mengisahkan tentang laboratorium China yang menciptakan sebuah virus sebagai senjata biologis.
Virus tersebut diberi nama Wuhan-400 merujuk kota Wuhan, China, sebagai episentrum penyebaran Covid-19, nama resmi virus corona.
Dalam buku tersebut, Dean Koontz menceritakan seorang ibu bernama Christina Evans sedang melakukan perjalanan untuk mencari tahu kondisi putranya, Danny. Danny sedang mengikuti acara berkemah namun tidak ada kabar.
Christina berhasil melacak keberadaan sang anak di fasilitas militer. Danny ditahan secara tak sengaja lantaran terinfeksi mikroorganisme buatan manusia yang diproduksi di pusat penelitian Wuhan.
"Saya tidak tertarik dengan filosofi atau perang biologis. Saat ini aku hanya ingin mengetahui bagaimana bisa Danny berada di sini," kata Christina kepada seorang pria bernama Dombey di laboratorium.
"Untuk memahaminya, kamu harus kembali 20 bulan lagi. Pada saat itu, seorang ilmuwan China bernama Li Chen membelot ke AS, membawa rekaman mengenai senjata biologis paling penting dan berbahaya dari Tiongkok ppada dekade terakhir. Meeka menyebutnya Wuhan-400 karena dikembangkan di Laboratorium RDNA di luar kota Wuhan dan terdiri dari 400 strain mikroorganisme buatan manusia yang dibuat di pusat penelitian," ungkap Dombey.
Pusat penelitian yang disebutkan dalam buku tersebut merujuk pada Institut Virologi WUhan, satu-satunya laboratorium keamanan hayati level empat milik China.
Laboratorium tersebut merupakan laboratorium tertinggi yang mempelajari virus mematikan dan berlokasi 32 kilometer dari tempat virus corona pertama kali ditemukan.
Lebih lajut, buku tersebut juga mengungkapkan virus tersebut sebagai 'senjata sempurna' karena tidak dapat bertahan diluar seorang penderita selama lebih dari satu menit.
"Wuhan-400 adalah senjata sempurna. Hanya bisa menginfeksi manusia, tidak ada makhluk hidup lain yang bisa membawanya. Seperti sifilis, Wuhan-400 tidak dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia hidup lebih dari satu menit. Artinya tidak dapat mencemari objek secara permanen atau seluruh tempat seperti antraks dan mikroorganisme lainnya."
"Setelah manusia yang terinfeksi telah meninggal, Wuhan-400 akan hilang dengan sendirinya setelah suhu jasad terinfeksi itu berada di bawah 86 derajat Fahrenheit. Apakah anda melihat keuntungan dari semua ini?"
Dean Koontz bukanlah satu-satunya penulis yang memprediksi virus corona. Menurut laporan The Sun Daily, penulis AS bernama Sylvia Browne telah mempredikti virus mematikan tersebut.
Ia menerbitkan sebuah buku berjudul End of Days: Predictions and prophecies About the End of the World. Buku tersebut diilis pada 2008.
Buku tersebut menceritakan tentang penyakit pernapasan yang menyebar ke seluruh dunia dan diprediksi terjadi pada 2020.
"Pada sekitar 2020, penyakit seperti pneumonia akan menyebar ke seluruh dunia, menyerang paru-paru dan saluran bronkial dan sulit disembuhkan dengan semua jenis perawatan yang ada. Lebih membingungkan lagi penyakit tersebut akan hilang secara tiba-tiba dan akan kembali menyerang sepuluh tahun kemudian, setelah itu menghilang sepenuhnya."
https://www.suara.com/news/2020/02/17/140946/bikin-geger-buku-terbitan-tahun-1981-diklaim-sudah-prediksi-virus-corona