Ini Cerita Darwanto, Sosok Viral saat Selamatkan Siswa SMPN 1 Turi Hanyut
SuaraJogja.id - Selain tim SAR, ada satu sosok penting yang turut berperan besar dalam proses penyelematan korban susur sungai Sempor SMP N 1 Turi, Sleman. Sosok itu, gambar tubuhnya tertangkap kamera dan menjadi viral di jejaring media sosial.
Sosok lelaki yang berkaus kuning dengan aksen merah itu bernama Darwanto, warga Dusun Kembangarum Wetan Kali, Desa Donokerto, Kecamatan Turi. Darwanto yang awalnya berniat memancing ikan di sungai, tak menyangka bisa menemukan situasi semencekam itu. Melihat banyak siswa hanyut terbawa derasnya arus sungai, Jumat (21/2/2020).
"Di sana banyak ikannya, ikan monsur atau mangur Sempor. Kalau di tempat lain itu namanya hampala," ucapnya, di halaman rumahnya.
Menurut lelaki yang akrab disapa Kodir itu, saat kejadian siswa SMPN 1 Turi hanyut suasana gerimis dan 'hujan petir'. Hujan deras berlangsung hanya setengah jam sebelum ia melihat anak-anak itu mulai masuk ke sungai. Hingga kemudian, diketahui kala air dalam kondisi tinggi, Kodir melihat banyak siswa berseragam pramuka hanyut terbawa air bah. Begitu banyak siswa yang ia lihat saat itu.
Seakan sudah menjadi tindak refleks, Kodir langsung meminjam tangga bambu dari penduduk yang tinggal tak jauh dari sungai dan berjalan ke tengah bebatuan. Di tengah batu licin dan berlumut, Kodir bertelanjang kaki saat itu.
"Gak perlu takut kalau menolong orang. Yang dipikirkan saat itu, yang penting anak selamat," ucap lelaki kelahiran Sleman, 22 April 1983 itu.
Kodir menyatakan, sebelum mendapat tangga, ia sempat berusaha menyelamatkan para siswa SMPN 1 Turi dengan kedua tangannya. Baik itu mengangkat, menggendong bahkan membopong korban.
"Ada yang saya [bantu] pegangi saja. Itu murid cowok cewek ada. Ada yang pakai rok, ada yang pakai celana," tuturnya.
Kodir meminta anak-anak jangan panik dan jangan meninggalkan lokasi, kalau belum ada yang menolong mereka.
"Yang diselamatkan saya kumpulkan dulu, jadiin satu baru bersamaan kami kasih jalan. Kanan kiri kan kebun salak, bambu, tidak ada jalan," ungkap dia, yang mengaku langsung pulang setelah menyelamatkan anak-anak.
Tangga yang ia pegang, ia gunakan untuk membantu anak menuju ke arah tepi dan meraih tangga lainnya, yang diarahkan ke atas [naik]. Tak ada banyak pertimbangan yang ada di kepalanya, saat melihat arus air. Kodir paham betul, air tidak bisa dilawan.
"Udah kenceng ya udah, hanyut. Cuma berani tidak," ujar lelaki yang mengaku sehari-harinya bekerja sebagai petani.
Ia pun turut prihatin dan berduka bagi korban yang meninggal dunia, ia mendoakan agar almarhumah khusnul khotimah, diterima di sisi Allah SWT.
"Ikut prihatin," ucapnya.
Sosok lelaki yang berkaus kuning dengan aksen merah itu bernama Darwanto, warga Dusun Kembangarum Wetan Kali, Desa Donokerto, Kecamatan Turi. Darwanto yang awalnya berniat memancing ikan di sungai, tak menyangka bisa menemukan situasi semencekam itu. Melihat banyak siswa hanyut terbawa derasnya arus sungai, Jumat (21/2/2020).
"Di sana banyak ikannya, ikan monsur atau mangur Sempor. Kalau di tempat lain itu namanya hampala," ucapnya, di halaman rumahnya.
Menurut lelaki yang akrab disapa Kodir itu, saat kejadian siswa SMPN 1 Turi hanyut suasana gerimis dan 'hujan petir'. Hujan deras berlangsung hanya setengah jam sebelum ia melihat anak-anak itu mulai masuk ke sungai. Hingga kemudian, diketahui kala air dalam kondisi tinggi, Kodir melihat banyak siswa berseragam pramuka hanyut terbawa air bah. Begitu banyak siswa yang ia lihat saat itu.
Seakan sudah menjadi tindak refleks, Kodir langsung meminjam tangga bambu dari penduduk yang tinggal tak jauh dari sungai dan berjalan ke tengah bebatuan. Di tengah batu licin dan berlumut, Kodir bertelanjang kaki saat itu.
"Gak perlu takut kalau menolong orang. Yang dipikirkan saat itu, yang penting anak selamat," ucap lelaki kelahiran Sleman, 22 April 1983 itu.
Kodir menyatakan, sebelum mendapat tangga, ia sempat berusaha menyelamatkan para siswa SMPN 1 Turi dengan kedua tangannya. Baik itu mengangkat, menggendong bahkan membopong korban.
"Ada yang saya [bantu] pegangi saja. Itu murid cowok cewek ada. Ada yang pakai rok, ada yang pakai celana," tuturnya.
Kodir meminta anak-anak jangan panik dan jangan meninggalkan lokasi, kalau belum ada yang menolong mereka.
"Yang diselamatkan saya kumpulkan dulu, jadiin satu baru bersamaan kami kasih jalan. Kanan kiri kan kebun salak, bambu, tidak ada jalan," ungkap dia, yang mengaku langsung pulang setelah menyelamatkan anak-anak.
Tangga yang ia pegang, ia gunakan untuk membantu anak menuju ke arah tepi dan meraih tangga lainnya, yang diarahkan ke atas [naik]. Tak ada banyak pertimbangan yang ada di kepalanya, saat melihat arus air. Kodir paham betul, air tidak bisa dilawan.
"Udah kenceng ya udah, hanyut. Cuma berani tidak," ujar lelaki yang mengaku sehari-harinya bekerja sebagai petani.
Ia pun turut prihatin dan berduka bagi korban yang meninggal dunia, ia mendoakan agar almarhumah khusnul khotimah, diterima di sisi Allah SWT.
"Ikut prihatin," ucapnya.