Emak-emak Penyebar Hoax di Banyuwangi Minta Maaf

Banyuwangi - Tiga emak-emak, pelaku penyebaran berita hoax penculikan di Banyuwangi meminta maaf atas tindakannya yang membuat resah warga Banyuwangi. Mereka menyesal dengan apa yang sudah dilakukan. Apa yang dilakukannya karena kekhawatiran semata.

Hal tersebut diungkapkan oleh AR, salah satu emak-emak yang mengabarkan hoax di media sosial Facebook.

"Saya mohon maaf telah membuat masyarakat resah. Maksud saya biar waspada," ujarnya kepada detikcom, Selasa (25/2/2020).

Menurut AR, penyebaran video dan memberikan kalimat jika terjadi di Banyuwangi itu tidak memiliki unsur apapun. Dirinya mendapatkan tulisan dan video itu, kemudian menyebarkan langsung begitu saja. Selain itu, adanya surat edaran dari Dinas Pendidikan Banyuwangi terkait kewaspadaan penculikan anak.

"Tidak ada unsur lain. Yang saya dapat memang ada tulisannya. Juga karena surat edaran. Jadi saya panik karena saya punya cucu yang masih sekolah. Makanya saya tidak berpikir panjang. Saya menerima seperti itu baru ini. Biasanya saya telaah dulu. Bukannya saya ada unsur lain," tambahnya.

"Saya hanya ingin waspada untuk ibu-ibu yang lain. Saya menyesal," pungkas pemilik akun Anie Anie ini.

Tak sampai 24 jam, polisi mengamankan 3 orang emak-emak penyebar berita dan video hoax penculikan anak yang viral sejak kemarin. Akibat dari perbuatan ketiganya tersebut menyebabkan keresahan warga di Banyuwangi.

Tiga orang emak-emak tersebut adalah RF, TF, dan AR. Ketiganya merupakan ibu rumah tangga.

Akhir-akhir ini Kabupaten Banyuwangi diterpa isu penculikan anak sekolah. Isu tersebut tersebar dengan dibumbui dengan penyebaran video seorang anak yang diintrogasi oleh beberapa guru, setelah lolos dari dugaan penculikan.

Video tersebut viral dari aplikasi Whattsapp yang dikirim berantai. Video berdurasi 2 menit 11 detik, tersebar dengan bumbu lokasi terjadinya penculikan tersebut. Beberapa menyebutkan sekolah dasar yang ada di Kecamatan kota Banyuwangi. Diantaranya SDN 1 Kebalenan, SDN 1 Lateng dan SDI Al Irsyad Singotrunan.

Kontan saja hal ini membuat resah wali murid dan masyarakat. Ditambah lagi, isu ini kemudian viralkan kembali di medsos.

Video itu sendiri sebenarnya berlokasi di Kota Kediri. Anak yang ada di video tersebut merupakan siswa kelas 5 SD Mrican, Kota Kediri. Apa yang disebut anak itu sebagai penculikan terjadi pada Kamis (20/2).

Polisi sendiri membantah bahwa anak tersebut mengalami percobaan penculikan. Satu keluarga di dalam mobil yang dikatakan sebagai penculik merupakan satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan dua anak. Saat itu mereka sedang bepergian.