Cerita Tukang Bubur Naik Haji Ada di Jombang
Jombang - Cerita tukang bubur naik haji ada di Jombang. Sepasang suami istri penjual bubur sumsum di Kota Santi akan berangkat ke tanah suci setelah menabung 12 tahun.
Menunaikan haji tidak melulu soal biaya. Yang lebih utama yakni niat dan kesungguhan. Kemauan kuat itulah yang membuat pasangan suami istri (pasutri) penjual bubur di Jombang sebentar lagi sampai ke tanah suci.
Pasangan Samsuri (71) dan Siti Mukiyani (66) tampak sibuk menyiapkan dagangannya. Sebuah gerobak berisi bubur sumsum dan peralatan untuk berjualan sudah siap di depan rumah mereka, Jalan Abisai No 33, Desa/Kecamatan Mojowarno.
Dengan gerobak tersebut, saban hari Samsuri dan Siti berjualan bubur sumsum di Pasar Mojowarno. Jaraknya sekitar 500 meter dari rumah mereka.
Namun siapa sangka di balik kehidupan mereka yang sederhana, pasutri ini akan berangkat ke tanah suci 23 Juli nanti. Samsuri dan Siti tercatat sebagai calon jemaah haji (calhaj) asal Jombang tahun 2019.
"Saya dan istri ingin menunaikan haji sejak berdagang bubur, tahun 2007," kata Samsuri kepada wartawan di rumahnya, Kamis (11/7/2019).
Samsuri menyadari ongkos berangkat haji tergolong mahal bagi orang seperti dirinya. Terlebih lagi pendapatannya dari menjual bubur sumsum rata-rata hanya Rp 50 ribu per hari.
Saking kuatnya niat untuk menunaikan rukun Islam kelima, Samsuri dan Siti tak kehabisan akal. Sejak 2007 itulah pasutri ini rajin menabung dengan menyisihkan Rp 10-15 ribu penghasilan mereka. Secara berkala uang yang terkumpul di rumahnya, lalu ia titipkan ke pemilik KBIH.
Sekitar 4 tahun menabung, Samsuri akhirnya bisa mendaftar haji melalui KBIH di Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Jombang. Saat itu ia juga mampu membayar biaya porsi haji untuk istrinya.
"Saya mendaftar 1 Januari 2011, biaya porsi saya dan istri saya masing-masing Rp 25 juta," ujarnya.
Perjuangan Samsuri dan Siti tak berhenti di situ. Mereka kembali rajin menabung untuk melunasi Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) Rp 36,5 juta per orang. Kekurangan BPIH ia dan istrinya masing-masing Rp 11,5 juta akhirnya ia tutup 27 Maret 2019.
"Saya dan suami sehari-hari hanya jualan bubur. Selesai jualan ya santai di rumah," terang Siti sembari menunjukkan bukti pelunasan BPIH.
Kegigihan Samsuri dan Siti menabung selama 12 tahun kini akan berbuah manis. Mereka akan terbang ke tanah suci 23 Juli 2019 bersama calon jemaah haji lainnya dari Kota Santri.
"Alhamdulillah bisa naik haji tahun ini, akhirnya saya dan suami bisa menyempurnakan rukun Islam," pungkas Siti.
Menunaikan haji tidak melulu soal biaya. Yang lebih utama yakni niat dan kesungguhan. Kemauan kuat itulah yang membuat pasangan suami istri (pasutri) penjual bubur di Jombang sebentar lagi sampai ke tanah suci.
Pasangan Samsuri (71) dan Siti Mukiyani (66) tampak sibuk menyiapkan dagangannya. Sebuah gerobak berisi bubur sumsum dan peralatan untuk berjualan sudah siap di depan rumah mereka, Jalan Abisai No 33, Desa/Kecamatan Mojowarno.
Dengan gerobak tersebut, saban hari Samsuri dan Siti berjualan bubur sumsum di Pasar Mojowarno. Jaraknya sekitar 500 meter dari rumah mereka.
Namun siapa sangka di balik kehidupan mereka yang sederhana, pasutri ini akan berangkat ke tanah suci 23 Juli nanti. Samsuri dan Siti tercatat sebagai calon jemaah haji (calhaj) asal Jombang tahun 2019.
"Saya dan istri ingin menunaikan haji sejak berdagang bubur, tahun 2007," kata Samsuri kepada wartawan di rumahnya, Kamis (11/7/2019).
Samsuri menyadari ongkos berangkat haji tergolong mahal bagi orang seperti dirinya. Terlebih lagi pendapatannya dari menjual bubur sumsum rata-rata hanya Rp 50 ribu per hari.
Saking kuatnya niat untuk menunaikan rukun Islam kelima, Samsuri dan Siti tak kehabisan akal. Sejak 2007 itulah pasutri ini rajin menabung dengan menyisihkan Rp 10-15 ribu penghasilan mereka. Secara berkala uang yang terkumpul di rumahnya, lalu ia titipkan ke pemilik KBIH.
Sekitar 4 tahun menabung, Samsuri akhirnya bisa mendaftar haji melalui KBIH di Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Jombang. Saat itu ia juga mampu membayar biaya porsi haji untuk istrinya.
"Saya mendaftar 1 Januari 2011, biaya porsi saya dan istri saya masing-masing Rp 25 juta," ujarnya.
Perjuangan Samsuri dan Siti tak berhenti di situ. Mereka kembali rajin menabung untuk melunasi Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) Rp 36,5 juta per orang. Kekurangan BPIH ia dan istrinya masing-masing Rp 11,5 juta akhirnya ia tutup 27 Maret 2019.
"Saya dan suami sehari-hari hanya jualan bubur. Selesai jualan ya santai di rumah," terang Siti sembari menunjukkan bukti pelunasan BPIH.
Kegigihan Samsuri dan Siti menabung selama 12 tahun kini akan berbuah manis. Mereka akan terbang ke tanah suci 23 Juli 2019 bersama calon jemaah haji lainnya dari Kota Santri.
"Alhamdulillah bisa naik haji tahun ini, akhirnya saya dan suami bisa menyempurnakan rukun Islam," pungkas Siti.