Dokter Jelaskan Kondisi Terakhir Ani Yudhoyono Sebelum Wafat
Jakarta, CNN Indonesia -- Dokter Kepresiden yang dikirim Presiden Jokowi untuk membantu perawatan Ani Yudhoyono, Terawan Agus Putranto menjelaskan kondisi terakhir istri Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebelum meninggal dunia, Sabtu (1/6) siang.
Diberitakan sebelumnya, Ibu Negara ke-6 RI, Ani Yudhoyono wafat di rumah sakit National University Hospital (NUH), Singapura, pada Sabtu (1/6) pukul 11.00 waktu Singapura.
"Tim di sini dan tim dokter dari NUH dan dokter dari Amerika sudah berjuang keras. Tapi Tuhan punya rencana yang lebih baik," ujar Terawan dalam konferensi pers bersama di NUH, Sabtu (1/6) dari laporan CNNIndonesia TV.
Sebelum meninggal dunia, Terawan menjelaskan, kondisi Ani Yudhoyono sempat membaik pada Jumat (21/5). Namun secara tiba-tiba kondisi Ani Yudhoyono mengalami kemunduran, dan memang terindikasi karena perjalanan penyakit kanker darahnya.
"(Meninggal dunia) dalam kondisi tidak sadarkan diri. Waktu itu ditidurkan karena gagal napas, sehingga beliau dipakaikan respirator," jelas Terawan.
Penggunaan respirator untuk Ani dilakukan tim dokter sejak Jumat malam. Terawan juga menjelaskan, Ani Yudhoyono hingga hari wafatnya juga belum dilakukan donor sumsum tulang belakang. Sedianya adik Ani, Pramono Edhie Wibowo merupakan pendonor.
"Belum. Perjalanan penyakit yang tidak memungkinkan beliau dilakukan proses pendonoran," jelas Terawan.
Kondisi terakhir sebelum wafat sebelumnya juga disampaikan Wasekjen Demokrat, Renanda Bachtar. Mulanya keluarga Ani Yudhoyono sempat berbahagia ketika mendapati kabar sang ibu membaik.
"Pada Kamis malam seluruh indikator vital tubuh Bu Ani, seperti detak jantung, oksigen, normal sehingga SBY sangat gembira sekali, Alhamdulillah ibu sehat normal, Insyaallah bisa keluar ICU itu jadi harapan kita," ujar Renanda dalam wawancara kepada CNNIndonesia TV.
Namun demikian, pada Jumat siang jelang maghrib, kata Renanda, kondisi Ani kembali turun sehingga tim dokter Singapura menangani langsung.
"Puncaknya subuh tadi mengalami penurunan, terendah selama 4 bulan," jelas Renanda.
Diberitakan sebelumnya, Ibu Negara ke-6 RI, Ani Yudhoyono wafat di rumah sakit National University Hospital (NUH), Singapura, pada Sabtu (1/6) pukul 11.00 waktu Singapura.
"Tim di sini dan tim dokter dari NUH dan dokter dari Amerika sudah berjuang keras. Tapi Tuhan punya rencana yang lebih baik," ujar Terawan dalam konferensi pers bersama di NUH, Sabtu (1/6) dari laporan CNNIndonesia TV.
Sebelum meninggal dunia, Terawan menjelaskan, kondisi Ani Yudhoyono sempat membaik pada Jumat (21/5). Namun secara tiba-tiba kondisi Ani Yudhoyono mengalami kemunduran, dan memang terindikasi karena perjalanan penyakit kanker darahnya.
"(Meninggal dunia) dalam kondisi tidak sadarkan diri. Waktu itu ditidurkan karena gagal napas, sehingga beliau dipakaikan respirator," jelas Terawan.
Penggunaan respirator untuk Ani dilakukan tim dokter sejak Jumat malam. Terawan juga menjelaskan, Ani Yudhoyono hingga hari wafatnya juga belum dilakukan donor sumsum tulang belakang. Sedianya adik Ani, Pramono Edhie Wibowo merupakan pendonor.
"Belum. Perjalanan penyakit yang tidak memungkinkan beliau dilakukan proses pendonoran," jelas Terawan.
Kondisi terakhir sebelum wafat sebelumnya juga disampaikan Wasekjen Demokrat, Renanda Bachtar. Mulanya keluarga Ani Yudhoyono sempat berbahagia ketika mendapati kabar sang ibu membaik.
"Pada Kamis malam seluruh indikator vital tubuh Bu Ani, seperti detak jantung, oksigen, normal sehingga SBY sangat gembira sekali, Alhamdulillah ibu sehat normal, Insyaallah bisa keluar ICU itu jadi harapan kita," ujar Renanda dalam wawancara kepada CNNIndonesia TV.
Namun demikian, pada Jumat siang jelang maghrib, kata Renanda, kondisi Ani kembali turun sehingga tim dokter Singapura menangani langsung.
"Puncaknya subuh tadi mengalami penurunan, terendah selama 4 bulan," jelas Renanda.